Jumat, 20 April 2018






Tugas Kapita Selekta
Potensi regional mempengaruhi pelaksanaan kurikulum pembelajaran kimia


Kurikulum adalah suatu cara utama untuk mengurutkan isi dan tujuan pembelajaran di sekolah, yang harus diperhatikan guru dan peserta didik selama kegiatan mengajar dan belajar, sementara tujuan adalah alasan untuk mengajar isi (Walker & Soltis, 2003: 5). Berdasarkan definisi yang diberikan Ross (2000: 9), sebuah kurikulum sekolah terdiri dari daftar kegiatan-kegiatan yang dirancang dalam kerangka organisasi untuk mengembangkan intelektual, kepribadian, kecerdasan sosial dan keterampilan fisik peserta didik. Kurikulum tidak hanya meliputi program formal pelajaran, tetapi juga program informal yang disebut kegiatan ekstrakurikuler serta semua kegiatan sekolah yang menghasilkan 'etos', seperti kualitas hubungan atau relasi, perhatian pada kesetaraan kesempatan, nilai-nilai yang dicontohkan sekolah dalam cara menetapkan tugas dan cara tugas ini diorganisir dan dikelola. 

Terdapat tiga bentuk organisasi kurikulum yang berorientas. Terdapat tiga bentuk organisasi kurikulum yang berorientasi pada disiplin ilmu, yaitu sebagai berikut:
  1. Subject Centered Curriculum. Pada Subject Centered Curriculum, bahan atau isi kurikulum disusun dalam bentuk mata pelajaran yang terpisah-pisah,misalnya: mata pelajaran sejarah, ilmu bumi, kimia, fisiks, berhitung, dan sebagainya. Mata pelajaran-mata pelajaran itu tidak berhubungan satu sama lain. Pada pengembangan kurikulum di dalam kelas atau pada kebiasaan belajar mengajar, setiap guru hanya bertanggung jawab pada mata pelajaran yang diberikannya. Kalaupun mata pelajaran itu diberikan oleh guru yang sama, maka hal ini juga dilaksanakan secara terpisah-pisah. Oleh karena organisasi bahan atau isi kurikulum berpusat pada mata pelajaran secara terpisah-pisah, maka kurikulum ini juga dinamakan Separated Subject Curriculum.
  2. Correlated Curriculum. Pada organisai kurikulum ini, mata pelajaran tidak disajikan secara terpisah, akan tetapi mata pelajaran-mata pelajaran yang memiliki kedekatan atau mata pelajaran sejenis dikelompokkan sehingga menjadi suatu bidang studi (broadfield), seperti mata pelajaran geografi, sejarah, ekonomi dikelompokan dalam bidang studi IPS. Demikian juga dengan mata pelajara biologi, kimia, fisika dikelompokan menjadi bidang studi IPA.Mengorelasikan bahan atau isi materi kurikulum dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan, yaitu :Pendekatan stukturalDalam pendekatan ini, kajian suatu pokok bahasan ditinjau dari beberapa mata pelajaran sejenis. Pendekatan fungsionalPendekatan ini didasarkan kepada pengkajian masalah yang berarti dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan daerahPada pendekatan ini materi pelajaran ditentukan berdasarkan lokasi atau tempat.
  3. Integrated Curriculum. Pada organisasi kurikulum yang menggunakan model integrated, tidak lagi menampakkan nama-nama mata pelajaran atau bidang studi. Belajar berangkat dari suatu  pokok masalah yang harus dipecahkan. Masalah tersebut kemudian dinamakan unit. Belajar berdasarkan unit bukan hanya menghafal sejumlah fakta, akan tetapi juga mencari dan menganalisis fakta sebagai bahan untuk memecahkan masalah.  

Isi kurikulum atau pengajaran bukan sekedar terdiri atas sekumpulan pengetahuan, ataupun kumpulan informasi tetapi merupakan suatu kumpulan pengetahuan terpilih yang bermakna, baik makna dalam pengetahuan itu sendiri maupun bagi siswa dan lingkungannya. Disesuaikan dengan karakteristik dengan perkembangan anak dan konsep-konsep modern tentang hakekat pengalaman belajar. Dengan mengemukakan konsep tentang konstruk atau struktur bahan pengajaran terjadi dilatarbelakangi keadaan dan perkembangn pendidikan.
Dalam kurikulum yang dibutuhkan adalah penguasaan struktur. Penguasaan struktur merupakan pemahaman suatu bahan pelajaran secara menyeluruh. Penguasaan struktur dalam penyusunan kalimat memungkinkan anak dengan cepat dapat membuat kalimat didasarkan atas struktur modal yang diterima, sekali pun ia tidak mengetahui aturannya.
Kriteria yang dapat membantu pada perancangan kurikulum dalam menentukan isi kurikulum. Kriteria itu natara lain:
  1. Isi kurikulum harus sesuai, tepat dan bermakna bagi perkembangan siswa.
  2. Isi kurikulum harus mencerminkan kenyataan sosial.
  3. Isi kurikulum harus mengandung pengetahuan ilmiah yang tahan uji
  4. Isi kurikulum mengandung bahan pelajaran yang jelas
  5. Isi kurikulum dapat menunjanga tercapainya tujuan pendidikan.
  6. Isi kurikulum memberikan kontribusi pengembangan keterampilan kebiasaan berfikir bebas,dan disiplin berdasarkan pengetahuan. 
Model – model pembelajaran kimia yang dapat digunakan ketika pemebelajaran berlangsung adalah :
  1. Model Pembelajaran Konstruktivis. Model ini dapat digunakan untuk mengajarkan konsep pembentukan reaksi kimia, ikatan kimia, system periodik, reaksi pembatas dll.
  2. Model STM (Sains-Teknologi-Masyarakat). Model ini adalah dengan menggabungkan konsep kimia dengan realitas yang ada di lingkugan masyarakat, seperti pentingnya mangatasi pencemaran lingkungan. Dimasyarakat banyak yang terkait tentang hal ini. Misalnya lingkungan bersih bernilai mulia disisi agama, menjaga kebersihan menggambarkan prilaku yang baik. Dari sisi ekonomi lingkungan bersih tidak banyak menimbulkan biaya pemeliharaan alias hemat dll.
  3. Model Pembelajaran Kooperatif. Model ini siswa dapat melakukan diskusi untuk menemukan indicator alam, setelah melakukan percobaan secara berkelompok dengan berbagai bahan alam.
  4. Model Pembelajaran Inquiri. Para siswa bisa menguji air sadah dan bukan sadah dan bagaimana cara menghilngkan dari kesadahan dengan melakukan praktikum.
  5. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Base Learning). Guru memberikan masalah, misalnya diberikana beberapa larutan tanpa label, siswa dapat mengidentifikasi larutan yang bersifat asam, basa dan garam.
  6. Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction). Dengan langkah sebagai berikut : 1). Temukan --> satu “hot spot” (pusat perhatian), 2). Observasi --> pengamatan/identifikasi data/info tentang hot spot, 3). Diskusi --> questioning, discussing, sharing, 4). Hasil --> hasil diskusi/pemecahan soal, 5.Laporanà sajian laporan (hasil) : lisan dan atau tertulis, 6.Display --> laporan dapat berupa poster, artikel, gambar, dll -->Hasil kelompok.
  1. Model Pembelajaran berbasis Teknologi Informasi. Sebenarya model ini sangat mudah digunakan bila guru sudah menguasai ICT (Information Teknology dan Comunikation). Dalam bahasa sedehanya adalah pembelajara menggunakan media computer. Hal ini dapat membantu guru dalam menjelaskan materi seperti reaksi inti lewat animasi, kecepatan reaksi, reaksi-reaksi uji nyala, reaksi laruatan-larutan pekat dan lain-lain. Apalagi sekarang sudah banyak animasi-animasi yang tersedia. Guru dapat dengan mudah menggunakannya dalam pembelajaran.
Sebenarnya masih menurut Sukro, bahwa model pendekatan Kooperatif banyak jenisnya. Guru tinggal memilih model-mana yang paling pas untuk membahas suatu topik. Misalnya model cooperative script (siswa berpasangan untuk menyelesaikan masalah yang diberikan guru),student teams-achievement divisions (stad) (siswa belajar dalam kelompok untuk menyelesaikan masalah 3 – 5 orang), jigsaw (model tim ahli). model pembelajaran yang lain yang perlu diketahui oleh para guru adalah TGT (team games tournament). Empat langkah dalam TGT adaalah :
(a) identifikasi masalah
(b) pembahasan masalah dalam kelompok
(c) presentasi hasil bahasan kelompok (turnamen) dan,
(d)penguatan guru model ini sangat cocok digunakan untuk pembelajaran Remedial Teaching. 


Seharusnya pelaksanaan kurikulum pembelajaran kimia itu disesuaikan dengan potensi regional yang ada dan yang harus dikembangkan. Hal ini disebabkan karena setiap wilayah memiliki potensi yang berbeda-beda, sehingga untuk mengoptimalkan potensi yang ada tersebut harus melibat peserta didik sebagai kegiatan sumber daya manusia sehingga dapat menarik perhatian dan melatih peserta didik untuk dapat meberdaya sumber daya alam yang ada di wilayahnya. Oleh karena itu pelaksanaan kurikulum antara wilayah satu dan wilayah yang lain seharusnya berbeda dikarenakan potensi yang ada di wilayahnya juga berbeda-beda.

Sering kali pelaksanaan kurikulum pembelajaran disamaratakan dengan wilayah satu dengan wilayah lainnya, padahal setiap wilayah tersebut punya potensi yang khas. Contohnya pelaksanaan kurikulum di pulau jawa lebih unggul dibandingkan dengan di pulau lainnya (kalimantan, papua, sulawesi, sumatera). Padahal jika kurikulum menetapkan pelaksaanaannya berdasarkan atau berpatokan dengan regional di kalimantan bisa saja pelaksanaan kurikulum di pulau kaliamantan lebih unggul dibandingkan pulau lainya.

Jika pelaksaana kurikulum tetap disamaratakan maka dapat menghambat sumber daya manusia pada peserta didik untuk peduli terhadap potensi yang ada di wilayahnya karena seluruh peserta didik diharuskan untuk dapat menyesuaikan dengan potensi yang ada di wilayah lainnya yang dianggap lebih unggul dan baik dalam melaksanaakan kurikulum yang brerlaku.

Pembelajaran kimia merupakan pembelajaran sains yang bersifat abstrak sehingga untuk membuktikan kebenarannya diperlukan media dan demonstrasi/percobaan untuk mendukung setiap kegiatan pelaksanaan materi pembelajarannya. Namun setiap sekolah di seluruh Indonesia belum tentu memiliki fasilitas dan prasarana laboraorium yang memadai secara merata. Oleh karena itu memungkinkan kebanyakan siswa yang kurang memahami materi ajar mengenai pembelajaran kimia jika tidak mereka atau siswa tersebut yang langsung terlibat dan mengalamainya.

Kebanyakan soal kimia yang berbasis ujian nasional hanya siswa-siswa yang berada di sekolah unggulan (di kota-kota besar) saja yang kebanyakan dapat menjawabnya namun kenyataannya banyak juga siswa yang tidak dapat menjawab soal kimia yang berbasis ujian nasional dikarenakan faktor-faktor regional seperti percobaan kimia yang dilakukan berbasis lokal dan tidak melibatkan fasilitas dan prasarana laboratorium yang memadai.

Begitu juga dengan isi kurikulum terlalu dituntut kemampuan siswa agar sama kemampuannya dengan siswa yang berada di luar negeri (internasional). Hal ini dapat menyebabkan siswa merasa terpaksa  dan bahkan membuat kesulitan tersendiri bagi siswa. Sebagai contoh sekarang diterapkannya Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK), tidak semua sekolah di seluruh Indonesia mempunyai teknologi seperti komputer dan akses internet, namun dengan adanya UNBK ini seperti menyamaratakan kemampuan siswa dimasing-masing sekolah yang memiliki fasilitas dan prasarana yang berbeda.


Menurut saya sebagai penulis artikel ini adalah kurikulum sebagai daftar isi dari kegiatan-kegiatan khususnya pembelajaran kimia seharusnya disesuaikan dengan potensi dari masing-masing wilayah (bersifat regional) baik itu dari komponen isi kurikulum kimia dan model-model pengembangan kurikulum kimia berdasarkan teori pengembangan kurikulum kimia, karena setiap siswa pasti mempunyai kemampuan yang lebih dan berbeda-beda dikarenakan faktor regional atau lingkungan yang mempengaruhinya.